Saya bukan seorang yang suka horor. Setelah nonton film apapun, adegan dalam film tersebut akan
terus membayang sampai 3 hari ke depan. Dan untuk film horor, bayangannya tetep
nempel sampai 3 tahun ke depan.
Sampai pada
akhirnya tiap malem jumat ada yang share film horor di twitter. Karena iseng,
saya tonton. Akhirnya keterusan dan sekarang jadi ketagihan nonton film
horor, bahkan jadi kebiasaan.
Mungkin karena nontonnya setelah diunduh dulu, jadi
bagian seremnya bisa di-pause, atau volumenya dikecilin bahkan
sampai mute.
Film perdana
yang mengawali kebiasaan saya ini adalah salah satu film dari jepang. Judulnya
The Waterfront Picture. Asia memang terkenal bikin film sadis. Karena nama
besarnya tersebut saya antusias nontonnya. Kekejaman apa lagi yang akan
disuguhkan pada film yang akan saya tonton?, begitu pikir saya. Satu lagi, film Asia ngga setengah – setengah nampilin tokoh seremnya. Karena film horor barat,
atau di Indonesia, biasanya cuma sekilas, siluet, burem (ngga jelas), atau hanya
gejala – gejala kehadirannya saja yang ditonjolkan. Sedangkan film horor Jepang atau
Thailand akan secara gamblang dan blak - blakan menampilkan sosok hantunya.
Film The
Waterfront Picture mampu memberikan kesan kejutan karena ketika
sosok penampakannya muncul perlahan di tiap foto yang dipegang oleh gadis kecil
si pemeran utama, sosok hantunya kian mendekat. Bukan, hantunya
bukan bisa berjalan di foto, tapi di tiap foto yang berbeda gambar
penampakannya makin mendekat ke si pemoto. Si pemoto mengambil gambar dari kursi sopir ke arah luar mobil, di sebelah kirinya. Sampai di
foto terakhir dimana penampakan hanya menyisakan kepala yang tidak tampak di
foto, saya mulai berpikir bahwa di gambar selanjutnya wajah si hantulah yang
akan muncul. Ternyata tidak. Lalu apakah yang terjadi? Jika kamu
membayangkan hantu itu muncul di samping atau di belakang gadis, tebakan kamu
salah.
No comments:
Post a Comment