Beberapa
film horor yang saya tonton belakangan ini agak kurang serem. Terutama yang
Asia. Saya kecewa.
Pertama
adalah film One More Person. Menceritakan seorang eksekutif yang sedang
menginap di hotel. Ternyata di hotel itu Ia tidak sendiri. Dari awal sampai menjelang
akhir saya sudah bisa terbawa menikmati suasananya. Udah agak tegang gitu. Saya
sangat penasaran apa yang akan dilakukan oleh hantu dalam film ini, atau minimal bagaimana rupa
si hantu tersebut. Dan akhirnya memang muka si hantu ditampilin, eh ngga serem
– serem amat ternyata. Lebih ke bapak – bapak kelebihan bedak. Mungkin karena hantunya
napak kali ya? Dan memakai baju olahraga lengkap makanya jadi ngga begitu serem :|
Film kedua
adalah My Sister's Room. Masih film Jepang. Setiap liat orang jepang
makan, saya jadi ikutan laper. Tapi kalau melihat mereka ngomong, terutama yang
cewek, saya malah kebayang JAV. Okeh, jadi film ini menceritakan penampakan yang
selalu muncul tiap jam 2 malem di kamar si anak cewek. Orang tua si cewe ngga
percaya ketika si cewe cerita (mereka ngomongnya pas sarapan). Ternyata kakak cowo
si cewe ini percaya, karena dia juga ngerasain setiap jam 2 malem. Eh akhirnya
si cowo ini yang kesurupan. Note: jangan menaruh ekpektasi terlalu tinggi pada
film ini, ngga serem – serem amat kok, kecuali kamu emang penakut atau terlalu
menjiwai nontonnya.
Film
selanjutnya yang saya tonton adalah The Scarecrow. Menceritakan seorang anak
kecil diculik orang – orangan sawah. Adegan favorit saya adalah saat orang –
orangan sawah muncul di luar pekarangan rumah si anak kecil. Setiap anak
kecil memalingkan padangan, dan menoleh lagi ke orang – orangan sawah itu, orang
– orangan sawahnya kian mendekat. Disana saya udah ngeri banget. Sampai pada
akhirnya orang – orangan sawah berada tepat di samping si anak kecil, dan
menariknya. Si anak kecil melawan. Dia memegang pintu dan berteriak memanggil
ibunya yang lagi di dapur. Sepertinya si ibu kena sihir si hantu sehingga ia tidak menyadari kehadiran si anak. Bahkan karena ia melihat pintu
terbuka, si ibu menutup pintu dan terjepitlah tangan si anak.
Sebenarnya kalau
mau serem, penulis cerita bisa saja memutuskan tangan si anak, tapi karena
katanya ini dari kisah nyata (yang kemungkinan untuk keperluan film maka diberi
bumbu disana sini), tangan si anak hanya terluka saja. Sampai adegan ini saya
dari tadinya ngeri langsung kasihan sama si anak kecil. Kemudian jadi aneh
sendiri gara - gara film menjadi absurd. Orang – orangan sawah
terbang bawa anak kecil ini.
Horor enggak, janggal iya.
Ditambah lagi cara si anak
kecil membunuh orang – orangan sawah itu dengan membakar wajah orang – orangan
sawah dengan api dari sebuah korek. SEBUAH korek. Sekali bakar langsung
berkorbar. Makin ngga masuk akal aja. Iya kalo puluhan korek yang dipakai, ini
satu. Dan tanpa bantuan bensin. --“
Untungnya
setelah menderita kekecewaan dari tiga film sebelumnya, saya menonton film
terakhir berjudul He Dies At The End. Kalau pepatah Bali bilangnya gini:
‘Suka Duka Lara Pati’. Suka melambangkan kesenangan, Duka berarti kesedihan,
Lara kesialan, Pati musibah. Jadi perbandingan kebahagiaan dan penderitaan yang
manusia terima di dunia ini adalah satu berbanding tiga. Begitu juga dengan
saya, 3 film kurang bagus dibayar dengan satu film yang lumayan oke.
He Dies At
The End mampu membuat saya menahan napas sepanjang cerita. Membuat
saya menebak – nebak apa yang akan terjadi, dan tebakan saya selalu salah. Meski tebakan saya salah terus, saya ngga kecewa, saya malah makin tertarik akan
dibawa kemana jalan ceritanya. Pelan – pelan, jalan cerita yang mencekam
maksimal ditutup dengan klimak yang optimal. Pokoknya saya puas deh! Empat
jempol untuk film horor Irlandia ini.
No comments:
Post a Comment