Waktu saya
SD, kelas 4 saat itu, guru saya memberi tahu saya dan siswa lain di kelas
tentang berbagai macam penyakit beserta informasi penunjangnya. Nama penyakit,
penyebab, dan ciri – ciri seseorang yang menderita penyakit tersebut.
Setelah
dikasi tahu oleh guru saya, saya baru menyadarai kalau selama itu ternyata saya
salah. Saya mengira penyakit beri – beri disebabkan oleh hewan biri – biri. Dan
TBC adalah singkatan dari penyakit Tetanus. Padahal TBC singkatan dari
Tuberculosis (jauh banget!). *ketawa getir*
Dan secara
kebetulan ada sodara dekat saya yang deket – deket ini masuk rumah sakit karena
menderita TB. Saya pun makin penasaran dengan penyakit ini dan mulai mencari
tahu.
Apa yang
saya dapat? Ternyata TB tidak secemen dugaan saya sebelumnya. TB penyakit yang
mengerikan. Kalian tahu kenapa? TB adalah penyakit penyebab kematian terbanyak
ketiga setelah HIV di urutan kedua. Penyakit paling mematikan masih dipegang
oleh ‘patah hati’. (kalimat yang terakhir saya bercanda)
“Pada tahun
2013 sebanyak 46 per 100 ribu penduduk Indonesia meninggal karena TB. Kasus
baru TB mencapai 185 per 100 ribu penduduk”, kata Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tjandra Yoga Aditama,
dalam Simposium Nasional dan Seminar Awam TB Bisolvon dalam rangka Hari TBSedunia 2014, Sabtu (29/3/2014).
Sepertiga
penduduk dunia sudah tertular TB dan setiap jamnya TB diperkirakan membunuh 175
orang. Jumlah penderita TB yang terdeteksi di Indonesia menduduki peringkat
keempat di dunia setelah Cina, India, dan Afrika Selatan.
Mycobacterium tuberculosis
Para ilmuwan
dunia sudah menemukan bahwa TB telah membunuh manusia sejak tahun 600 sebelum
Masehi. Mycobacterium tuberculosis adalah nama bakteri penyebab TB. Bakteri TB
menular melalui udara lewat partikel air pada batuk, bersin, dan meludah.
Bahkan dari cairan yang keluar saat bicara pun kuman TB atau bacilli mampu
menular. Seseorang sudah bisa tertular hanya dengan menghirup sebagian kecil
kuman TB. Penderita TB mampu menularkan sekurang – kurangnya kepada 10 – 15
orang.
Bakteri TB
cepat menular di lingkungan dengan sumber udara terbatas, misalnya ruangan
berpendingin udara yang tertutup rapat. Selain rumah yang kotor dan padat
penduduk, rumah dengan jumlah penghuni yang banyak juga memudahkan penyebaran bakteri
TB. Rokok juga berperan dalam penularan TB. Rokok menurunkan daya tahan tubuh
sehingga perokok aktif maupun pasif lebih rentan
tertular TB.
sumber: wikipedia |
sumber: SC |
Mycobacterium
tuberculosis mampu berkerja sama dengan virus / bakteri lain. Kasus yang sering
terjadi adalah kolaborasi antara TB dengan HIV. Saat ini dari jumlah
keseluruhan kasus TB, tiga persen di antaranya mengidap HIV.
“Ketika
mengunjungi Papua, dari 20 pasien TB,
sebanyak 5 orang diantaranya terinfeksi HIV”, kata Wakil Menteri Kesehatan
Prof.Ali Gufron Mukti, dalam acara Kick Off Forum Stop TB Parternship
Indonesia, di Jakarta (30/5/13).
Tidak hanya
partai, penyakit pun berkoalisi. Bisa dibayangin kalau kayak gini, dua penyakit
paling mematikan di dunia bersatu.
Bakteri TB
juga mampu menjadi kebal obat jika penderitanya tidak melakukan pengobatan
secara konsisten selama minimal 6 bulan.
Ketua Forum
Stop TB, Arifin Panigoro, dalam acara yang sama mengatakan bahwa penanganan TB
yang benar adalah dengan pemberian obat secara teratur selama 6 bulan tanpa
berhenti. Masalahnya, baru sekian hari menjalani pengobatan pasien langsung
berhenti minum obat hanya karena merasa enakan. Disinilah pentingnya kehadiaran
PMO, yaitu Pengawas Peminum Obat. Bisa jadi dari anggota keluarga atau orang
terdekat dari pasien tersebut. PMO pun harus diberikan informasi yang cukup
tentang TB agar mampu melaksanakan perannya dengan optimal.
Kepala Sub
Direktorat Tuberkulosis, Ditjen PP & PL Kemenkes, drg Dyah Erti
Mustikawati, MPH, menambahkan, “seseorang terinfeksi kuman TB belum tentu
menjadi sakit. Kuman TB dapat menjadi tidak aktif (dormant) selama bertahun –
tahun untuk membentuk dinding sel dalam bentuk lapisan tebal lilin untuk
menjadi penyakit TB yang lebih besar dan muncul saat kondisi seseorang sedang
lemah (misalnya muncul disaat seseorang juga terserang HIV, red).”
Gejala TB
Penyakit TB
akan mematikan jika tidak mendapat pengobatan atau terlambat ditangani. JIka
ada yang batuk lebih dari dua minggu, jangan anggap remeh. Karena itu bisa jadi
gejala awal TB.
Gejala TByang umum lainnya adalah:
- Dahak
bercampur darah/ batuk darah
- Sesak
napas
- Demam /
menggigil lebih dari sebulan
- Penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan
“Paling
mudah untuk menemukan seseorang terjangkit TB ketika ia berkeringat di malam
hari tanpa alasan yang jelas. Jika Anda lemah, tidak berhenti batuk, nyeri pada
dada, dan berkeringat di malam hari, maka segeralah periksa”, ujar dr. Arifin
Nawas Sp, dokter ahli di departemen klinis TB.
Penderita
penyakit TB lebih banyak berada pada retang usia 15-55 tahun. Sangat
disayangkan jika pada usia produktif tersebut seseorang tidak bisa diselamatkan
hanya karena kurangnya penanganan.
Tenaga medis
khusus penanganan TB sudah tersedia di Indonesia, namun kurangnya sosialisasi
tentang TB (termasuk kepada saya) membuat penanganan kasus TB sangat lambat,
bahkan tidak tersentuh oleh layanan kesehatan.
Padahal saat
ini sudah ada 16 RS rujukan di 15 provinsi. Di 15 provinsi itu juga sudah
tersedia alat pemeriksaan cepat TB Genexpert. Alat alat seharga 90 ribu USD ini
mampu menganalisa kasus TB yang sebelumnya hasilnya baru bisa didapatkan selama
4 bulan, sekarang menjadi 2 jam saja.
Layanan
untuk pasien TB lainnya juga sudah tersedia di seluruh Indonesia seperti 6 RS
sub rujukan, 676 fasyankes satelit, 8 lab tersertifikasi, dan 2 hain test. Salah
satu lab rujukan yang telah tersertifikasi
internasional adalah Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, Jalan
Karangmenjangan Surabaya. Laboratorium instrument diagnostik yang akurat dan
standar medis kelas dunia itu adalah buah kerjasama pemerintah dengan US Agency
for International Development (USAID) dan Becton, Dickinson and Company (BD),
sebuah perusahaan medis internasional terkemuka. Jadi sebetulnya fasilitas kesehatan untuk TB di Indonesia sudah cukup memadai.
Data
kementerian kesehatan menyebutkan tiap tahun ada 450 kasus baru. Jumlah ini
akan terus bertambah jika kita sebagai masyarakat tidak ikut turun tangan dan
memilih menutup mata dan telinga.
Makanya kita
sebagai bagian dari masyarakat bisa menyelamatkan lingkungan sekitar kita dari
penyakit mematikan ini dengan selalu menjaga kebersihan dan memperbanyak akses
udara sebagai langkah pencegahan TB. Tentu tidak ada yang mau dirinya atau
orang – orang terdekat meninggal oleh penyakit ini, bukan?
(Kalau saya
sendiri sih lebih milih tularkan saja penyakit ini ke koruptor, terus jangan
kasi perawatan yang memadai, biar mereka jera :p)
Masih ada
kesempatan untuk berjuang dan berusaha memerangi TB. Jika ada saudara yang
memperlihatkan gejala TB, segera laporkan. Ingat gejala umum TB: batuk selama 2
minggu. Jika ada yang mengalami seperti itu, segera periksakan. Jika tidak
ditangani secara benar, TB akan menjadi kebal obat, lalu menjadi kasus TB yang
lebih besar di kemudian hari saat kondisi seseorang melemah. Memang terkesan
berlebihan, tapi daripada terlambat akhirnya kelewat alias mati atau menular ke
orang yang lebih banyak, pilih mana?
FYI, obat TB
di puskesmas adalah GRATIS! Jadi,
masih ada alasan untuk tidak periksakan diri sejak dini? ;)
TB memang serem ya. Semoga obat gratis ini bisa menyembuhkan semua penderita TB hingga sembuh total....
ReplyDelete