Sebelum tulisan ini dibaca lebih lanjut, saya mau
menjelaskan dulu kalo saya juga orang Bali, lahir dan besar di Bali oleh kedua
orang tua saya yang juga orang Bali, sekarang pun saya masih tinggal di Bali.
Oke, jadi gini, kesimpulan nyepi kemarin adalah:
- Jika ada warga lokal yang ga tau aturan tetep melanggar, bahkan pelanggaran itu ia lakukan di depan hidung penegak hukum (pecalang, dll), kalo memang tidak berani menidaknya saat Nyepi karena takut mengganggu ketenangan yang lain, tangkap besoknya saja.
- Pecalang atau penegak hukum yang lain tekah diberi kompromi untuk ‘bekerja’ saat Nyepi bertugas mengawasi dan menjaga jalannya perayaan Nyepi. Tapi tolong jangan ngerokok dan saat patrol di malam hari di rumah warga memakai senter. Karena salah satu pantangan Nyepi adalah Amati Geni yaitu tidak menghidupkan api. Agar saling menghargai gitu.
- Selain mematikan saluran televise dan radio, pemerintah juga sebaiknya mematikan sinyal internet. Diam di dunia nyata, rupanya ricuh di dunia maya. Oksimoron banget kan.
Kejadian unik lainnya dalam nyepi kemarin adalah di malam Pengrupukan, ada pemuda terbacok saat pawai ogoh - ogoh, sehabis nyepi sampah menumpuk sampai ribuan ton dan itu ga ngerti deh gimana cara ngolahnya nanti, banyak bangkai ogoh - ogoh yang ga dibakar (kenapa ya?) dan terakhir adalah tentang seniman pembuat ogoh - ogoh berbentuk Anas digantung di Monas yang sekarang dilindungi polisi meski ogoh-ogohnya ga jadi diarak soalnya ditakutkan simpatisan partai bersangkutan mengancam keselamatan si seniman.
No comments:
Post a Comment