Wednesday, March 30, 2016

Diejek Karena Geluti Bisnis Sewa Kasur

Clara Almabella Bamanty
ilustrasi: swa
Clara Almabella Bamanty adalah salah satu contoh pengusaha muda bermental baja. Bagaimana tidak. Ia sering kali diejek dan ditertawakan karena bergelut dengan bisnis penyewaan kasur di Yogyakarta. Bisnisnya dipandang sebelah mata karena dianggap tidak bisa meraup laba. Clara mengabaikan anggapan tersebut. Ia tancap gas dan mendirikan usaha penyewaan kasur dengan nama sewakasur.com.

“Saya melihat peluang bisnis yang besar sekali. Jadi, saya melanjutkan bisnis ini dan terbukti saya bisa membuka cabang di daerah lain,” Clara menceritakan.

Jenis kasur yang disewakannya terdiri dari kasur busa dan kasur pegas (spring bed). Tarifnya bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 110 ribu per kasur selama 24 jam.

Harga sewa paling murah adalah kasur busa berukuran 90 x 1.200 cm yang dibanderol Rp 20 ribu per hari. “Dalam sehari, kami menyewakan kasur busa kira-kira 300 lembar untuk di Yogya saja. Pelanggan kami yang paling besar adalah hotel,” ia menjelaskan.

Berdasarkan perhitungan Clara, estimasi omset sewakasur.com dari penyewaan kasur busa itu sebesar Rp 180 juta setiap bulannya, atau Rp 2,1 miliar per tahun.

“Sebagian besar hotel di Yogya sudah bekerja sama dengan kami untuk menyediakan kasur busa, yang mereka gunakan untuk extra bed,” dia menambahkan.

Jasa penyewaan alas tidur sangat membantu pengelola hotel. Sugeng Waluyo, Executive Housekeeper Hotel Indoluxe di Yogya, mengatakan, pelaku bisnis hotel di daerahnya merasa terbantu oleh jasa penyewaan kasur yang disediakan oleh empat vendor. “Dulu, kami susah mencari vendornya. Sekarang kami sudah tidak kesulitan lagi,” kata Sugeng.

Dia menceritakan hotelnya menyediakan extra bed dalam jumlah terbatas, sehingga membutuhkan penyedia kasur ekstra apabila ada rombongan yang menginap di Hotel Indoluxe.

Sepintas, laju bisnisnya patut diacungi jempol. Clara meraihnya tidak instan karena memulainya dari tahun 2007. Waktu itu, dia masih kelas satu SMA. Modalnya berasal dari tabungan pribadi sebesar Rp 200 ribu untuk membeli satu lembar kasur busa.

Dia mengisahkan bahwa ide bisnisnya itu terinspirasi dari hobinya menginap di hotel atau vila. Kebetulan Clara bersama keluarganya sering jalan-jalan ke berbagai destinasi wisata. Saat menginap, rombongan keluarga Clara ini acap kesulitan mendapatkan kasur ekstra dari pengelola tempat penginapan.

“Kami sering kekurangan extra bed karena pihak hotel tidak menyediakan. Dari situlah, saya berpikir untuk berbisnis penyewaan kasur,” tutur wanita kelahiran Yogyakarta, 26 juni 1992 ini.

Lalu, Clara bersama saudara sepupunya menawarkan jasa penyewaan kasur. Mereka acap kali mengantarkan kasur ke konsumennya dengan mengendarai sepeda motor. Promosinya hanya mengandalkan sistem getok tular (word of mouth).

Langkah berikutnya, ia memberanikan diri menawarkan jasanya ke pengelola hotel dan tempat penginapan lainnya. Namun, ia pulang dengan tangan hampa. Clara tidak putus asa. Ia malah semakin gencar mempromosikan sewakasur.com di media sosial, situs Internet (website) dan pamflet. Perlahan tetapi pasti, bisnisnya melejit.

“Awalnya banyak yang menolak. Tapi, saya tidak menyerah sampai akhirnya sewakasur.com mulai dikenal luas dan pengelola hotel menghubungi saya untuk bekerja sama menyediakan extra bed,” Clara menegaskan. Sekarang, Clara sudah membuka cabang di Semarang, Bekasi, Jakarta, Bandung, dan Bali.

“Investasi setiap gerainya sekitar Rp 75 juta,” ujarnya. 

Rencananya, Clara ingin mengepakkan sayap bisnisnya dengan membuka cabang di tiga kota lainnya, antara lain Surabaya dan Lombok. CV Penutup adalah perusahaan yang menaungi sewakasur.com. Selain itu, dia mengembangkan unit bisnisnya, seperti menyediakan selimut atau peralatan penginapan lainnya bagi pengelola hotel.

Clara saat ini hanya seorang diri mengelola usahanya, sepupunya sudah mengundurkan diri karena sibuk dengan pekerjaan lainnya.

Alumni Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta ini tetap terjun langsung menjalankan manajemen usahanya, seperti membeli dan merawat kasur, serta mendistribusikannya ke konsumen. Ia mempekerjakan 10 pegawai di kantor pusat sewa kasur Yogya. Sementara jumlah karyawan di kantor cabang berkisar 2-4 orang per gerai.

Menurut Clara, tantangan yang dihadapinya adalah menyakinkan konsumen mengenai kualitas kasurnya. Atau, menghadapi risiko bisnis seperti pencurian atau kerusakan.

Sugeng, selaku pelanggan sewakasur.com, berharap Clara mempertahankan kualitas dan pelayanan, serta memperluas jaringannya. “Karena kompetitornya semakin banyak, maka kualitas produk ataupun layanannya harus diutamakan,” kata Sugeng.


_____________
sumber: Nusa Bali, Swa


No comments:

Post a Comment